Menguak Tradisi Ngantok Behauh: antara Sanak Betino dengan Para Sanak Jantan, Mamak, dan Teganai di Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur

Tradisi Ngantok Behauh merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat di Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur,Jambi. Tradisi ini dilaksanakan setiap menjelang bulan suci Ramadhan, di mana sanak betino (saudara perempuan) mengantarkan bahan pangan seperti beras, gula, kopi, dan teh kepada sanak jantan, mamak (paman), dan teganai (pemangku adat). 

Tradisi ini bukan hanya berlangsung di satu desa saja, tetapi tersebar di berbagai desa, dengan pengambilan sampel di Desa Koto Teluk Rawang Kota Sungai Penuh.

Pelaksanaan Ngantok Behauh biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Ramadan tiba. Pada momen ini, sanak betino membawa berbagai bahan pokok yang telah dibungkus rapi dalam baskom (Bungkuh) yang dibalut kain persegi.

Mereka kemudian mengunjungi rumah sanak jantan, mamak, dan teganai untuk menyerahkan bawaan tersebut. Kegiatan ini tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi antar keluarga di seluruh Desa Sungai Deras.

Tradisi ini mencerminkan rasa syukur masyarakat atas rezeki yang telah diterima sepanjang tahun. Dengan memberikan sembako kepada sanak jantan dan mamak, sanak betino menunjukkan penghargaan atas dukungan dan perlindungan yang diberikan oleh mereka, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Suku Ngalum Ok, Penjaga Tradisi Leluhur di Pegunungan Bintang

Selain itu, Ngantok Behauh memiliki makna mendalam dalam memperkuat nilai gotong-royong dan kepedulian sosial. Masyarakat Desa Sungai Deras dikenal dengan budaya gotong-royong yang kuat, dan tradisi ini menjadi manifestasi nyata dari nilai tersebut.

Tradisi ini juga membawa manfaat luas bagi komunitas, menciptakan kebersamaan dan solidaritas antarwarga.

Dari sudut pandang spiritual, Ngantok Behauh sejalan dengan ajaran Islam tentang pentingnya berbagi dan memperbanyak amal di bulan Ramadhan. Masyarakat meyakini bahwa berbagi rezeki sebelum Ramadhan akan membuka pintu keberkahan dan menambah pahala, sesuai dengan nilai-nilai Islami.

Tradisi ini juga mengandung dimensi ekonomi yang positif. Banyak warga yang mempersiapkan bahan sembako dari hasil panen sendiri, sehingga membantu menggerakkan ekonomi lokal. Selain itu, dengan berbagi dalam keterbatasan, masyarakat belajar untuk hidup sederhana dan saling mendukung dalam berbagai kondisi.

Menariknya, setelah memberikan sembako, sanak betino biasanya mendapat hadiah kecil dari bini jantan (istri sanak jantan) sebagai tanda terima kasih. Hadiah ini bisa berupa sabun, keranjang, atau barang rumah tangga lainnya, menunjukkan adanya sikap saling menghargai dalam tradisi ini.

Selain aspek ekonomi dan sosial, tradisi Ngantok Behauh juga merupakan bentuk edukasi bagi generasi muda. Anak-anak yang mengikuti kegiatan ini sejak dini akan belajar tentang nilai-nilai luhur seperti menghormati orang tua, berbagi dengan sesama, dan menjaga hubungan baik antarkeluarga.Proses ini membantu membentuk karakter anak-anak di Hamparan Rawang menjadi pribadi yang sopan dan penuh empati.

Secara adat, Ngantok Behauh memperkuat peran mamak dan teganai sebagai penjaga adat dan penasehat dalam masyarakat. Pemberian sembako kepada mereka bukan hanya tanda hormat. Akan tetapi, juga pengakuan atas peran mereka dalam menjaga harmoni sosial dan memberikan nasihat bijak dalam kehidupan bermasyarakat.

Tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk saling memaafkan. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, masyarakat Desa Sungai Deras meyakini pentingnya membersihkan hati dari segala dendam dan kebencian.

Melalui Ngantok Behauh, setiap keluarga membawa bukan hanya sembako, tetapi juga rasa damai dan harapan untuk memasuki bulan suci dengan hati yang bersih.

Secara keseluruhan, tradisi Ngantok Behauh merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya memperkuat identitas budaya masyarakat Hamparan Rawang tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal dapat menjadi sarana membangun keharmonisan sosial.

Dengan terus melestarikan tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga nilai-nilai kearifan lokal tetapi juga mewariskan pesan-pesan kebaikan dan kebersamaan kepada generasi selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Periode ke-138 Universitas Negeri Padang: 1.685 Wisudawan Dilepas Menuju Dunia Profesional

Kue Sapik di Hari Raya: Kenapa Kue Sapik Selalu Ada Saat Menjelang Hari Raya di Sumatera Barat?