Warga Desa Lipat Kain Riau Melaksanakan Tradisi Mandi Balimau Di Tengah Banjir

Suasana Desa Lipat Kain sehari menjelang puasa (Jumat/28/02/2025)

Desa Lipat Kain, 28 Februari 2025 - Di tengah terjangan banjir yang melanda Desa Lipat Kain, tradisi Mandi Balimau tetap berlangsung dengan meriah. Mandi Balimau, yang biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan, menjadi momen penting bagi warga untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual.

Balimau biasanya dilaksanakan sehari sebelum dilaksanakannya puasa sebagai ungkapan kegembiraan serta pembersihan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa tersebut. Mandi Balimau ini biasa dilakukan sehabis Ashar dan berakhir menjelang Maghrib. 

Meskipun banjir melanda, warga setempat tidak kehilangan semangat. Mereka justru memanfaatkan aliran banjir yang melimpah untuk melaksanakan tradisi ini. Dengan penuh suka cita, para warga mengumpulkan bahan-bahan seperti bunga dan jeruk nipis untuk digunakan dalam upacara Mandi Balimau.

"Air banjir ini memang tidak biasa, tetapi kami percaya bahwa ini adalah berkah. Kami merayakan Mandi Balimau dengan cara yang berbeda tahun ini," kata Elda (34), seorang warga setempat. Sebagian warga bahkan terlihat menikmati momen tersebut dengan tertawa dan bermain air, menjadikan suasana yang biasanya serius menjadi lebih ceria.

Meskipun kondisi cuaca yang tidak mendukung, warga desa menunjukkan solidaritas dan semangat kebersamaan. Mereka saling membantu satu sama lain untuk menjaga keselamatan dan kebersihan lingkungan. "Kami ingin tradisi ini tetap hidup, meskipun dalam keadaan darurat seperti ini," ujarnya.

Tradisi Mandi Balimau sendiri merupakan simbol penyucian yang diyakini dapat membawa keberkahan dan menghapus dosa sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Elda berharap agar banjir segera surut, sehingga mereka dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari dan menjalani bulan Ramadan dengan tenang.

Dengan semangat dan keteguhan hati, warga Desa Lipat Kain menunjukkan bahwa tradisi dapat bertahan meskipun di tengah tantangan. Mandi Balimau kali ini menjadi momen yang tak terlupakan, mengingatkan kita akan kekuatan komunitas dan pentingnya menjaga warisan budaya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Periode ke-138 Universitas Negeri Padang: 1.685 Wisudawan Dilepas Menuju Dunia Profesional

Gambar
Padang, 16 Maret 2025 – Universitas Negeri Padang (UNP) kembali menggelar acara wisuda pada 15-16 Maret 2025, yang berlangsung di Auditorium UNP Air Tawar. Pada wisuda kali ini diselenggarakan dibulan ramadhan, dan sebanyak 1.685 mahasiswa dari berbagai program studi di tingkat Sarjana dan Magister berhasil menyelesaikan studi mereka dan resmi menjadi alumni UNP. rektor unp krimadinata memberikan ijazah kepada salah seorang wisudawan.(foto humas unp) Acara wisuda berlangsung selama dua hari, dengan hari pertama, dihadiri oleh 840 wisudawan dari Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ekonomim (FE), dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Hari kedua, dihadiri oleh 845 wisudawan dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Program Pascasarjana UNP. Rektor UNP, Ir. Krismadinata. dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas pencapaian para wisudawan dan menekankan pentingnya kompetensi dan kualitas dalam menghadapi ...
Baca selengkapnya

Kue Sapik di Hari Raya: Kenapa Kue Sapik Selalu Ada Saat Menjelang Hari Raya di Sumatera Barat?

Gambar
Sintuk, 31 Maret 2025 - Kue sapik atau kue yang mirip dengan kue semprong, merupakan kue yang biasa dibuat saat menyambut hari raya idul Fitri ataupun idul Adha di daerah Sintuk. Kue Sapik memiliki rasa manis yang dipadukan dengan gula dan berbagai bahan lainnya, seperti tepung beras, santan, telur, dan lain sebagainya.  kue sapik (foto dari redaktur) Asmawati (75), mengatakan "warga disini memang sudah biasa membuat kue ini pada masa menjelang lebaran idul Fitri ataupun idul adha, kue ini bisalah dibilang sebagai kebiasaan juga dari orang sini" ujarnya.  Tidak hanya itu, bahkan dari warga sekitar juga mengatakan bahwa kue ini telah biasa dibuat, untuk mengganti kue-kue raya lain seperti nastar, putri salju, dan lain sebagainya. Setelah dilakukan dengan wawancara sekitar, dan mulai melakukan wawancara yang lebih meluas, ternyata mahasiswa dari daerah Payakumbuh juga biasa menyajikan kue ini saat menyambut hari raya. Mahasiswa asal Tanah Datar juga menyatakan, kue ini memang ...
Baca selengkapnya